Jakarta - Segitiga Bermuda telah menjadi misteri selama 300 tahun. Lebih dari 2000 kapal dan 200 pesawat hilang di wilayah ini. Ada yang menyebutkan di wilayah itu memiliki iklim yang ganas. Namun misteri apa yang sebenarnya terjadi?
Tim yang dipimpin oleh Sam Champion kembali meneliti kebenaran di balik misteri berabad-abad itu. Penyelidikan selain secara ilmiah juga berhubungan dengan supranatural.
Segitiga Bermuda terbentang dari Bermuda, Puerto Rico dan perairan Fort Lauderdale di Miami, seluas setengah juta mil. Legenda itu muncul setelah Christopher Columbus melaporkan hal aneh di area itu pada 1492. Berdasarkan catatan kapal Columbus, kompas tidak bisa menunjukkan secara tepat utara dan selatan yang terus berubah-ubah.
Sejak saat itu, ribuan laporan mengenai segitiga Bermuda termasuk hilangnya pesawat bermesin dua pada Desember lalu dan menyebabkan 12 orang hilang di pulau Mayaguana di Bahama. Salah satu wilayah yang sering terjadi peristiwa aneh adalah berdekatan dengan pantai AS. Pada 1945, lima pesawat tornado diluncurkan ke angkasa dari kapal angkatan laut yang bermarkas di Lauderdale, Florida. Sebenarnya merupakan misi latihan rutin, namun pesawat itu tidak terdengar lagi kabar beritanya dan terkenal sebagai Flight 19.
Miami Rosenstiel dari School of Marine and Atmospheric Science mengatakan gelombang ganas bisa menjadi penyebabnya. Gelombang ganas merupakan gejolak di lautan yang bisa sangat liar dan lebih besar dari ombak biasa dan perubahannya sangat cepat dan tidak memiliki tanda-tanda sebelum menerjang korbannya.
Segitiga Bermuda merupakan wilayah dengan cuaca paling keras. Graber mengatakan gelombang yang ganas dapat menenggelamkan kapal maupun pesawat. "Segitiga Bermuda terbentuk karena lokasi geografi dengan memiliki palung serta pulau Bermuda itu sendiri. Wilayah seperti itu bisa menyebabkan gelombang ganas,” katanya.
Sementar Bruce Gernon punya pendapat berbeda. Dia mengungkapkan pengalamannya saat terbang di pantai Florida pada 1970. Dia mengatakan terbang ke dalam kabut elektronik. "Beberapa instrumen tidak berfungsi, kompas berputar perlahan melawan arah jam. Semua instrumen navigasi elektronik tidak berfungsi," kata Gernon.
David Parest, profesor meteorologi dari University of Nebraska yang mempelajari pengalaman Gernon serta peristiwa lain di segitiga Bermuda mengatakan kondisi serupa juga terjadi di kasus lain dan menurut dia cuaca yang bisa menjadi penyebabnya. "Dalam kasus yang aku pelajari lebih dari 87% pesawat yang hilang karena cuaca yang buruk,” imbuhnya.
2 komentar:
Salah bukti kuasa Ilahi...
alam memang bisa berbuat sesukanya..... termasuk bernyanyi dan menari, hahahaa....
Post a Comment